Mythomania Syndrome Adalah

Mythomania Syndrome Adalah

Diagnosis Stockholm Syndrome

Meskipun American Psychiatric Association (APA) tidak secara resmi mengakui stockholm syndrome sebagai gangguan mental yang spesifik, perilaku dan respons sindrom ini mirip sekali dengan trauma psikologis yang ekstrem.

Tidak ada kriteria diagnostik khusus untuk kondisi ini. Sebab, penelitian tentang stockholm syndrome masih terbatas.

Namun, para profesional kesehatan mental mengenali bahwa perilaku yang muncul dalam situasi traumatis, seperti yang ada dalam stockholm syndrome, mirip dengan gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD) atau gangguan stres akut.

Oleh karena itu, diagnosis untuk stockholm syndrome sering mengacu pada evaluasi gejala PTSD dan reaksi trauma lainnya.

Apa Itu Stockholm Syndrome?

Sindrom stockholm adalah mekanisme koping (coping mechanism) yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami penculikan.

Korban akan mengembangkan perasaan positif terhadap penculik atau pelaku dari waktu ke waktu.

Kondisi ini juga berlaku untuk beberapa situasi lain termasuk pelecehan anak, pelecehan pelatih-atlet, pelecehan hubungan dan perdagangan seks.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu atau orang terdekat mengalami situasi traumatis yang melibatkan kekerasan, penganiayaan, baik secara fisik maupun mental, kamu perlu segera melakukan pemeriksaan kesehatan ke profesional medis.

Informasi selengkapnya mengenai  Sindrom Stockholm bisa kamu dapatkan dengan cara download aplikasi Halodoc melalui App Store atau Google Play.

Stockholm syndrome adalah kondisi ketika korban kejahatan justru memiliki rasa simpati dan kasih sayang terhadap penjahat yang menganiayanya. Hal ini dinilai sebagai respons psikologis korban untuk bertahan hidup atau mengatasi situasi yang ekstrem dan menakutkan.

Korban kriminalitas umumnya mengalami ketakutan dan teror, serta menyimpan rasa penghinaan atau permusuhan terhadap pelaku. Namun, pada orang dengan Stockholm syndrome, perasaan yang muncul malah sebaliknya. Pada titik tertentu, korban bahkan ingin melindungi pelaku kejahatan dan tidak ingin pelaku dihukum.

Istilah Stockholm syndrome berasal dari peristiwa penyanderaan dalam perampokan bank di Stockholm, Swedia, pada tahun 1973. Pada peristiwa tersebut, korban penyanderaan justru bersimpati kepada pelaku dan menolak untuk bersaksi di pengadilan. Korban bahkan sampai mengumpulkan dana untuk membela pelaku.

Selain penyanderaan, Stockholm syndrome juga dapat terjadi pada situasi lain, seperti pelecehan, kekerasan pada anak, kekerasan antara pelatih dan atlet, kekerasan dalam hubungan, dan perdagangan manusia.

Sindrom Stockholm dapat berkembang dalam jangka pendek maupun panjang, tergantung pada interaksi korban dengan pelaku.

Gangguan kepribadian narsistik

Pada gangguan kepribadian narsistik, rasa percaya diri yang besar dan kesombongan membuat individu lebih mungkin memanipulasi fakta, memperbesar peran mereka dalam suatu peristiwa, atau membuat cerita yang tidak pernah terjadi.

Semua hal ini lah yang membuat mereka suka berbohong.

Cara Menghadapi Pengidap Mythomania

Jika kamu sering berinteraksi dengan orang yang mengalami mythomania, menghadapi kebohongan terus-menerus bukanlah perkara mudah.

Berikut sejumlah saran dari para ahli saat berhadapan dengan pengidap gangguan ini:

Hubungi Psikiater Ini Jika Mengidap Stockholm Syndrome

Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala Stockholm Syndrome, segera hubungi psikiater di Halodoc untuk mendapat saran perawatan.

Psikiater di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.

Berikut psikiater di Halodoc yang bisa kamu hubungi:

Itulah beberapa psikiater yang bisa kamu hubungi untuk bantu perawatan terkait Stockholm Syndrome. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar dapat segera ditangani.

Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.

Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.

Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!

Faktor Risiko Stockholm Syndrome

Beberapa faktor yang dapat menempatkan kondisi seseorang mengalami Stockholm Syndrome adalah:

Konseling dan terapi

Pendekatan utama dalam mengobati stockholm syndrome adalah melalui konseling psikologis dengan psikiater atau psikolog.

Terapi kognitif-perilaku (CBT) juga dilakukan untuk membantu korban memahami dan mengatasi perasaannya terhadap pelaku. Terapi ini bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang berkembang selama situasi traumatis.

Dalam beberapa kasus, korban mungkin juga diberikan obat-obatan tertentu untuk mengatasi gejala kecemasan, depresi, atau stres pasca-trauma.

Obat antidepresan dan obat anti-kecemasan dapat digunakan untuk membantu korban mengelola efek psikologis dari trauma.

Selain terapi formal, korban mungkin memerlukan dukungan dari kelompok sebaya atau keluarga. Dukungan sosial sangat penting untuk membantu korban memulihkan diri dari trauma dan kembali menjalani kehidupan yang normal.

Gangguan kepribadian

Mythomania adalah kondisi di mana seseorang memiliki kebiasaan berbohong tanpa alasan yang jelas. Orang yang mengalami mythomania akan seringkali menyampaikan cerita atau informasi yang tidak benar dan tidak masuk akal, tanpa memperdulikan akibat yang ditimbulkan.

Gangguan kepribadian mythomania seringkali dihubungkan dengan perasaan rendah diri, atau kebutuhan eksternal untuk mendapatkan perhatian. Seseorang yang mengalami mythomania akan terus-menerus mencari perhatian dan pengakuan dari orang lain dengan cara berbohong.

Penting untuk diingat bahwa mythomania bukanlah suatu hal yang bisa dianggap remeh. Kondisi ini merupakan sebuah gangguan mental yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala mythomania, segera cari bantuan dari profesional kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Faktor yang Mendasari Timbulnya Stockholm Syndrome

Dalam suatu penyanderaan, para sandera umumnya akan merasa benci dan takut karena pelaku atau penculik kerap berlaku kasar, bahkan kejam. Namun, dalam kasus Stockholm syndrome, hal yang terjadi justru sebaliknya. Para korban justru merasa simpati terhadap pelaku.

Ada beberapa faktor yang mendasari munculnya Stockholm syndrome, di antaranya:

Para psikolog menduga jika Stockholm syndrome merupakan cara korban untuk mengatasi stres atau trauma yang berlebihan akibat penyanderaan.

Meski begitu, penelitian menyebutkan bahwa Stockholm syndrome tidak hanya berlaku pada situasi penyanderaan, tetapi juga bisa terjadi pada situasi tertentu, seperti pelecehan anak, pelecehan antar pelatih dan atlet, hubungan abusive, dan perdagangan seks.